betapunyacerita.com -
Polresta Sidoarjo membantah tudingan penggelapan alat pendeteksi kabel bawah tanah yang dilayangkan oleh oknum melalui pemberitaan media online. Perangkat bernilai sekitar Rp.90 juta tersebut hingga kini masih diamankan di gudang Satreskrim Polresta Sidoarjo sebagai barang bukti dalam perkara pencurian kabel milik PT Telkom Indonesia.
Kronologi bermula pada Selasa, 14 Mei 2024, sekitar pukul 23.00 WIB. Tim opsnal Satreskrim Polresta Sidoarjo melakukan pengamanan atas kegiatan vandalisme berupa pengambilan kabel tembaga milik PT Telkom yang ditanam di bawah tanah di wilayah Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo. Dari lokasi kejadian, diamankan beberapa pekerja beserta alat yang digunakan, termasuk alat pendeteksi kabel.
"Dalam proses penyidikan, terungkap bahwa alat tersebut tidak digunakan dalam aksi vandalisme. Tersangka utama, Zeth Bara, mengaku bahwa alat itu adalah miliknya. Namun hingga saat ini tidak dapat ditunjukkan bukti kepemilikannya," ujar Kasat Reskrim Polresta Sidoarjo, AKP Fahmi Amarullah, Sabtu (21/6/2025).
Setelah perkara disidangkan di Pengadilan Negeri Sidoarjo hingga putusan dijatuhkan dan hukuman dijalani, barang bukti berupa alat pendeteksi kabel tetap berada di Polresta Sidoarjo. Pada Maret 2025, anak Zeth Bara bersama pengacaranya datang untuk meminta pengembalian alat tersebut. Namun karena tidak dapat menunjukkan dokumen kepemilikan, permintaan itu tidak dapat dikabulkan.
Guna memperjelas status alat tersebut, penyidik juga telah mengonfirmasi ke PT Telkom Sidoarjo maupun pihak ketiga pemegang tender pekerjaan, dan keduanya menyatakan bahwa alat itu bukan milik mereka.
Situasi semakin memanas ketika pada 10 Juni 2025, seseorang yang mengaku sebagai wartawan bernama Mahmud Ismail mendatangi kantor Polresta Sidoarjo bersama satu orang lain. Mereka mengklaim bahwa alat tersebut milik "orang dalam PT Telkom" tanpa menyebutkan nama, dan bahkan meminta agar alat tersebut diserahkan dengan janji imbalan uang. Setelah gagal menunjukkan bukti kepemilikan, permintaan tersebut ditolak.
"Wartawan itu bahkan sempat meminta alat itu dipinjamkan. Setelah ditolak, dia menyampaikan akan memuat berita di media online terkait hal ini," jelas AKP Fahmi.
Ia menegaskan, tindakan penyidik murni berdasarkan prosedur hukum dan kehati-hatian dalam menangani barang bukti yang bernilai tinggi.
"Polresta Sidoarjo tetap bersikap profesional dan transparan. Kami hanya akan menyerahkan barang bukti kepada pihak yang bisa membuktikan secara sah bahwa itu miliknya. Tidak bisa hanya dengan klaim lisan tanpa bukti," tegas AKP Fahmi Amarullah.
